Kamis, 15 April 2021

Efektif kah Pembelajaran Daring?

 Oleh: Husnul Khotimah*

Halo sobat dunia kampus !

Awal tahun 2020, dunia dikejutkan dengan adanya wabah virus corona (Covid-19) yang muncul dan menginfeksi hampir seluruh negara di dunia. Diduga virus ini pertama kali muncul di Wuhan, Tiongkok, Cina pada Desember 2019. Lalu kemudian menyebar cepat ke beberapa negara termasuk Indonesia. Virus ini masuk ke Indonesia sejak awal Maret 2020 dan masih terus ada hingga saat ini. Sudah lebih dari 8 bulan masyarakat dilarang melakukan aktifitas diluar rumah karena kebijakan Lockdown yang ditetapkan oleh pemerintah untuk memutus rantai penyebaran virus. Semua aktifitas kini terpaksa harus dihentikan sementara muka dan digantikan dengan aktifitas secara online. Salah satunya adalah aktifitas belajar mengajar yang terpaksa harus dilakukan secara daring.

Foto Katerina Holmes dari Pexels

Pembelajaran daring (dalam jaringan) merupakan sistem pembelajaran tanpa tatap muka secara langsung antara guru dan siswa tetapi dilakukan melalui online yang menggunakan jaringan internet. Pembelajaran daring ini dilakukan oleh berbagai tingkatan jenjang pendidikan mulai dari SD, SMP, SMA, hingga perguruan tinggi. Tidak ada lagi aktifitas pembelajaran di  kelas sebagaimana yang biasa dilakukan oleh tenaga pendidik guru maupun dosen. Tenaga pendidik harus memastikan kegiatan belajar mengajar tetap berjalan, meskipun siswa berada di rumah.

Sistem pembelajaran daring dilaksanakan melalui perangkat personal computer (PC) atau laptop maupun smartphone yang terhubung dengan koneksi jaringan internet. Tenaga pendidik dapat melakukan pembelajaran bersama diwaktu yang sama menggunakan grup di media sosial seperti WhatsApp (WA), telegram, instagram, aplikasi zoom, google meet ataupun media lainnya sebagai media pembelajaran. Dengan demikian, tenaga pendidik dapat memastikan siswa mengikuti pembelajaran dalam waktu yang bersamaan meskipun di tempat yang berbeda.

Pembelajaran daring ini tentunya tidak terlepas dari beberapa kendala  yang dapat berpengaruh dalam proses pembelajaran. Adapun kendala kendala tersebut meliputi :

Pertama, Keterbatasan pemahaman mengenai penggunaan teknologi (Gagap Teknologi). Permasalahan gagap teknologi ini merupakan yang paling mendasar. Teknologi internet yang tadinya belum diakrabi, mau tak mau memaksa seluruh dosen, guru, siswa bahkan orang tua untuk mencobanya. Tidak semua bisa menggunakan teknologi, ada yang langsung bisa menggunakannya dan tentu tak sedikit yang perlahan perlu belajar lagi.

Kedua, Jaringan internet yang kurang stabil. Kondisi jaringan internet yang tidak stabil tentunya sangat menghambat proses belajar, terutama saat guru sedang menyampaikan materi pelajaran. Belum lagi bagi para siswa yang berada di daerah terpencil, di mana sinyal jaringan sangat susah didapat. Bahkan seringkali ada beberapa siswa yang harus pergi berjalan ke luar rumah terlebih dahulu demi mendapat jaringan internet yang stabil. Atau juga masih ada beberapa siswa yang harus menuju warnet demi mengejar materi pelajaran sekolah dari rumah.

Ketiga, Ketersediaan kuota yang terbatas. Proses pembelajaran secara daring menuntut setiap pihak yang terlibat di dalamnya untuk menghabiskan kuota internet agar tetap bisa mengikuti pelajaran dengan baik. Belum lagi durasi waktu pelajaran yang bisa dibilang cukup panjang, yakni bisa mencapai 1 jam bahkan lebih tiap harinya. Mau tidak mau, baik guru maupun siswa harus menghabiskan puluhan gigabytes demi mengikuti materi pelajaran yang disampaikan. Hal ini pun menjadi permasalahan yang sangat penting, kuota yang dibeli untuk kebutuhan internet menjadi melonjak tinggi dan banyak orang tua yang tidak siap untuk menambah anggaran membeli kuota internet terlebih ditambah kondisi perekonomian yang sedang kurang stabil.

Keempat, Kegiatan belajar yang kurang efektif. Sistem pembelajaran daring tentu tidak se efektif pembelajaran yang dilakukan secara tatap muka di sekolah. Hal ini terjadi karena beberapa faktor salah satunya yaitu pengurangan jam mengajar. Guru-guru yang biasanya mengajar berjam-jam di sekolah, terpaksa hanya mengajar selama satu sampai dua jam saja setiap harinya. Dampaknya, siswa akan mengalami kesulitan memahami materi yang banyak dalam waktu yang relatif singkat. Apalagi berhadapan dengan mata pelajaran seperti Matematika, Fisika dan Kimia dan Biologi. Keempat pelajaran ini tentunya membutuhkan waktu yang cukup lama dan penjelasan yang lebih mendetail karena banyak penurunan rumus sehingga itu semua membutuhkan waktu yang cukup lama. Dan terlebih mengenai mata pelajaran program penjurusan yang dilakukan siswa SMK, Dimana yang seharusnya siswa melakukan praktek kini mereka semua tidak bisa melaksanakan pembelajaran melalui praktek tersebut karena terkendala alat yang tersedia.

Kendala kendala diatas tentunya harus segera dicarikan solusinya agar kualitas pendidikan tidak menurun walaupun dengan kondisi pandemi seperti ini. Solusi terkait dengan dengan masalah  kuota internet sudah teratasi yaitu pemerintah menyediakan anggaran khusus untuk pembelian kuota internet gratis bagi siswa setiap bulannya di semua jenjang pendidikan. Dan pemerintah juga memberikan dana bagi siswa yang kurang mampu untuk mendapat bantuan pendidikan dimasa pandemi ini. Bantuan yang diberikan pemerintah tersebut cukup efektif dan membantu para orang tua siswa dalam permasalahan ekonominya.

Dalam permasalahan gagap teknologi (gaptek) wajib hukumnya ada peningkatan literasi para penggunanya, mulai dari pengelola pendidikan, guru hingga siswa mengenai pengetahuan dan cara pemanfaatan teknologi tersebut. Peningkatan literasi ini bisa saja dilakukan melalui pelatihan-pelatihan online atau sosialisasi melalui e-book dan lainnya. Hal ini merupakan salah satu jalan demi keberhasilan pembelajaran daring di dunia pendidikan.

Untuk permasalahan kegiatan belajar mengajar yang kurang efektif, sekolah dan para staffnya sudah menemukan beberapa cara tersendiri agar materi yang disampaikan dalam pembelajaran sebisa mungkin dapat dipahami oleh para siswa. namun memang semua balik lagi kepada keseriusan individu siswanya itu sendiri dalam mengolah materi yang disampaikan. Guru tidak  memaksa siswa untuk memahami materi pembelajaran secara 100 %,  hanya cukup  sekitar 50-70 % saja karena setidaknya para siswa memahami materi yang sedang dipelajari.

Segala upaya dan solusi sudah dilakukan oleh pemerintah dan pihak sekolah dalam mengoptimalkan proses pembelajaran daring ini, akan tetapi keberhasilan dan kesuksesan daring ini tergantung pada kedisiplinan dan adanya kerjasama yang baik antar semua pihak. Oleh karena itu, pihak sekolah di sini perlu membuat susunan manajemen yang baik dalam mengatur sistem pembelajaran secara daring ini. Hal ini dilakukan dengan membuat jadwal yang sistematis, terstruktur dan simpel untuk memudahkan komunikasi orangtua dengan sekolah agar anak-anaknya yang belajar di rumah dapat terpantau secara efektif.

Dalam model pembelajaran daring saat ini, tidak banyak siswa yang merasa kesulitan, ada juga beberapa siswa yang menerima pembelajaran daring dengan alasan karena model pembelajarannya lebih santai, menyenangkan, fleksibel, efisien, singkat, praktis, cepat, tepat, aman, mudah, hemat waktu, dan hemat tenaga. Cara itu juga bisa dilakukan jarak jauh tanpa berkumpul di tempat yang sama.

Selain itu terdapat beberapa manfaat lain dari model pembelajaran daring ini diantaranya orang tua bisa mengawasi anak-anaknya belajar, membuat siswa atau guru menjadi melek teknologi, meningkatkan kemampuan dibidang ilmu teknologi. Siswa juga menjadi lebih kreatif dalam menyelesaikan tugas mereka, serta dapat mengkondisikan diri senyaman mungkin untuk belajar tanpa aturan yang formal.


*Mahasiswa Program Studi Pendidikan Administrasi Perkantoran Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Jakarta


Artikel ini telah diposting di https://www.duniakampus40.net/ pada 11 Desember 2020

Minggu, 04 April 2021

Digital Marketing

 Oleh : Husnul Khotimah 

Foto oleh centerklik.com dari google

Halo sobat dunia kampus !

Seiring berkembangnya zaman, internet dan teknologi digital telah menguasai dunia. Hampir seluruh kegiatan telah memanfaatkan teknologi serta internet yang canggih. Salah satu contoh kegiatannya ialah digital marketing. Digital marketing merupakan suatu usaha untuk mempromosikan sebuah merek dengan menggunakan media digital yang dapat menjangkau konsumen secara tepat waktu, pribadi, dan relevan. Digital marketing juga merupakan salah satu  bagian dari sebuah jawaban yang diberikan kepada konsumen supaya seorang wirausaha tetap bisa memenangkan persaingan yang terjadi di dunia usaha. Apalagi, di era pandemi saat ini ketika orang sudah sulit  mengakses cara konvensional beberapa media promosi atau pemasaran, maka media digital ini  menjadi solusi yang tepat untuk membuka peluang dan kesempatan bagi para wirausaha untuk tetap melakukan promosi dan pemasaran melalui pemanfaatan media digital.

Digital marketing penting untuk dipelajari dan dijadikan bahan  pertimbangan bagi para entrepreuner muda sebagai strategi pemasarannya. Mengapa demikian ?

Karena terbukti pada data tahun 2019, dari 258 juta jumlah penduduk yang ada di Indonesia, maka 150 juta di antaranya sudah melakukan penetrasi terhadap pengunaan  internet, dan  hampir 80%  keseluruhan dari pengguna internet ini sudah mengakses atau aktif menggunakan sosial media. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hampir seluruh masyarakat khususnya pelaku wirausaha telah menggunakan media sosial untuk memanfaatkan kepentingan usahanya dan begitupun bagi para konsumen yang aktif dalam menggunakan media sosial untuk keperluan hidupnya.

Satu tahun berikutnya yaitu pada Januari 2020 terjadi penambahan populasi sekitar 2,9 juta penduduk Indonesia, kemudian disusul penambahan pengguna internet dan sosial bertambah menjadi 25 juta dan 12 juta. Terlihat disini bahwa pertumbuhan penggunaan akses internet dan media sosial lebih  cepat dibandingkan jumlah populasi itu sendiri. Hal ini menunjukkan satu gejala positif yang harus dipandang oleh wiausaha sebagai peluang untuk memasarkan produk melalui media digital. Seorang wirausaha saat ini seharusnya tidak hanya memikirkan mengenai strategi-strategi pemasaran  konvensional saja, karena banyak orang yang sudah tidak lagi memperhatikan bilboard  yang ada di jalan, tidak lagi membaca brosur konvensional dengan baik atau bahkan brosur tersebut bisa terbuang begitu saja, sehingga dengan ini strategi  media konvensional sudah tidak efektif dan efisien bagi pelaku wirausaha. Berbeda halnya  ketika melakukan promosi atau pemasaran melalui media digital seperti pada media sosial.

Terlihat pada data tahun 2019, lama orang menggunakan internet itu mencapai 8 jam 36 menit per hari dan lama orang menggunakan media sosial mencapai 3 jam 26 menit. Waktu yang cukup lama dalam menggunakan smartphone. Nah data tersebut merupakan data tahun 2019, sedangkan sekarang ini kita sudah berada di tahun 2021 yang pastinya waktu dalam pengunaan smartphone akan lebih lama lagi terlebih dengan adanya pandemi ini, semua orang dibatasi untuk keluar rumah maka semakin banyak waktu yg dihabiskan untuk mengakses internet dan media sosial. Jadi ini sudah menjadi peluang yang tidak hanya di Indonesia tapi secara global penggunaan media sosial menjadi kebutuhan utama. Beberapa media sosial yang saat ini banyak digemari masyarakat ialah Youtube, Whatsapp, Facebook, Instagram, Line, Twitter, dan sebagainya. Dengan banyaknya masyarakat yang telah menggunakan platform tersebut maka akan menambah peluang yang positif bagi para wirausaha untuk dapat memasarkan produk usahanya. 

Menyusun strategi pemasaran produk dalam Digital Marketing sangatlah penting jika ingin meningkatkan penjualan suatu produk. Menggunakan strategi yang tepat maka produk yang dipasarkan akan semakin dikenal konsumen. Ketika melakukan pemasaran produk, tentunya harus mencari konsep perencanaan digital marketing terbaik agar teknik yang dilakukan dapat mengenai sasaran dengan tepat. Salah satu konsep perencanaan digital marketing adalah SOSTAC. Konsep  ini digunakan sebagai kerangka perencanaan untuk mengidentifikasi masalah marketing pada suatu pemasaran produk. Langkah-langkah dalam penerapan konsep ini meliputi :

  1. Situation Analysis ( Analisis Situasi )
    Bertujuan untuk menganalisa situasi dari proses pemasaran yang sedang berjalan. Situasi yang kita kaji harus merefleksikan gambaran faktor-faktor yang berpengaruh terhadap organisasi, baik internal dan eksternal. Dalam kajian situasi, kita melakukan pengecekan mengenai siapa diri kita, apa yang kita lakukan, dan bagaimana kita berinteraksi serta melakukan transaksi secara daring. Lakukan juga analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, and Threats), analisis kompetitor, analisis goal performence dengan menerapkan 5S yaitu :  
    • Sell (Memaksimalkan Penjualan), Catat terlebih dahulu tingkat penjulannya seperti apa
    • Serve (Menambahkan value), Pada metode ini menggambarkan bagaimana memberikan layanan kepada konsumen, value added apa yang sudah diberikan kepada konsumen

    • Save (Menghemat biaya), Apakah cost sudah cukup efisien

    • Speak (Bangun kedekatan), Bagaimana kita membangun ikatan dengan customer, bagaimana mampu mengkomunikasikan produk kepada konsumen  yang kita punya

    • Sizzle (Memperluas Jangkauan), Bagaimana melakukan estention terhadap produk dan layanan yang kita punya.

  2. Objevtives ( Tujuan ) 
    Tahapan ini fokus terhadap tujuan-tujuan yang terukur dan realistis yang ingin dicapai. Pada tahap ini terdapat 5S juga yang dapat dilihat dari apa yang ingin diubah menuju arah yang seperti apa nantinya. Mau improvement sell dan serve apa,Tempat yang seperti apa, Mengkomunikasikan layanan seperti apa, dan seberapa besar ingin mengefisiensikan bisnis. 

  3. Strategy (Strategi )

    Di tahap ini kita memikirkan cara agar bisa tercapai  suatu tujuan yang sudah ditetapkan dan diketahui bersama. Perencanaan strategi akan menggunakan metode STOP (Segment, Target Market, Online Value Proposition (OVP), dan Positioning) dan metode SIT (Sequence or Stage, Integration dan Tools.) Strategi-strategi tersebutlah yang merupakan pedoman yang dijalankan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

  4. Tactics ( Taktik )
    Taktik mencakup cara-cara spesifik dan generik yang digunakan untuk mencapai tujuan digital marketing. Untuk mencapai tujuan tersebut, gunakan 7P Marketing Mix yaitu Product, Price, Place, Promotion, People, Process, dan Partnerships.

  5. Action ( Aksi )
    Mulai menjalankan taktik dan strategi yang telah dirumuskan dalam bentuk aksi yang terukur di lapangan market place yang sebenarnya. Dapat dibuat berupa rangkaian proses kerja yang terstruktur dan terjadwal, mempersiapkan manajemen resiko yang mungkin terjadi saat eksekusi taktik di lapangan dan juga mempersiapkan siapa, kapan dan bagaimana yang bertanggung jawab pada setiap business process, perencanaan budget, alokasi sumber daya secara detail, sehingga dapat meminimalisir hal-hal yang dapat menghambat mencapai tujuan perusahaan.

  6. Control ( Kontrol )
    Tahap terakhir ini untuk memeriksa atau mengevaluasi secara berkala apakah action sesuai tujuan perusahaan sudah berhasil atau belum maksimal. Perhatikan taktik-taktik yang sudah ditetapkan dan lakukan kontrol saat melaksanakan semua taktik tersebut. Jika ada beberapa hal yang  belum terlaksana maka akan kembali ke langkah awal karena ini merupakan siklus dimana harus tetap berjalan dan jangan pernah sesekali untuk berhenti. Jika berhenti maka akan memudahkan para pesaing untuk dapat menyaingi produk yang telah dirancang sebelumnya.

Baca artikel menarik lainnya tentang dunia kampus di https://www.duniakampus40.net/

Review K-Drama Vincenzo yang memiliki cerita menarik disetiap episodenya

 Oleh : Husnul Khotimah Hai  sobat dunia kampus !   , jadi untuk artikel kali ini aku mau review sedikit nih mengenai sebuah drama korea yan...

IKLAN